Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam: Kisah Sukses Edo Fanzela dari Dusun Terpencil di Lampung Barat

Jumat, 26 Juli 2024 | 00.13 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-29T02:14:58Z

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

BERNUS.CO - Bagi sebagian orang, takdir adalah yang menentukan nasib seseorang. Namun, bagi Edo Fanzela (22 tahun), seorang pemuda kreatif asal Talang Atas, Lampung Barat, keberuntungan adalah hasil dari kreativitas dan kerja kerasnya sendiri.

Berbekal imajinasi yang luar biasa, Edo, lulusan SMAN 1 Sumberjaya, mampu mengubah limbah kayu menjadi sumber penghasilan yang berarti baginya. Mulai dari pohon kopi tua yang ditinggalkan dan onggokan kayu yang terseret sungai, semua bahan tersebut dijadikan oleh Edo sebagai bahan dasar untuk mengukir gagang dan sarung senjata tajam dengan motif khas nusantara.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Meskipun tinggal di Pemangku yang terpencil di Pekon Margajaya, Kecamatan Pagar Dewa, Edo memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam seni ukir yang sangat maju. Karyanya yang unik dan berkualitas tinggi diminati oleh pembeli dari berbagai daerah, termasuk Papua, Kalimantan, dan Pulau Jawa, melalui penjualan daring.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Dari hasil kreativitasnya, senjata tradisional seperti Badik khas Lampung mulai dikenal luas di wilayah Papua dan Kalimantan, sementara pisau dan golok multifungsi banyak diminati dari pembeli di Pulau Jawa. Pendapatan dari usahanya ini tidak hanya membantu Edo, tetapi juga keluarganya. Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Edo hidup sederhana bersama pasangan Sapar dan Megawati di Pemangku Talang Atas, Lampung Barat.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Tanpa memiliki bengkel kerja resmi, semua pesanan yang diterima Edo dikerjakan di sudut teras rumah orang tuanya yang berlantai tanah. Meskipun peralatan yang digunakan terbatas, Edo berhasil menghasilkan beragam senjata khas nusantara yang berkualitas tinggi. Harga jual produknya bervariasi, mulai dari 150 ribu hingga mendekati satu juta rupiah per bilah. Sebilah golok daging, misalnya, dapat dijual seharga 350 ribu hingga 400 ribu rupiah melalui platform penjualan daring.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Pada hari Selasa yang lalu (23/7), Edo terlihat sedang mencari bahan baku di sungai yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Setelah melalui perjalanan naik turun bukit selama satu jam, Edo membawa pulang sepotong kayu yang telah lama terendam di sungai, yang ia sebut sebagai kayu tanduk. Kayu ini memiliki kekuatan dan corak warna hitam yang indah setelah mengalami proses perendaman alami di sungai.

Dalam dua hingga tiga hari ke depan, limbah kayu yang sebelumnya mengotori sungai tersebut akan berubah menjadi gagang dan sarung senjata Karau yang bernilai tinggi. Melalui semangat ketekunan dan kreativitasnya, Edo mampu menghasilkan penghasilan harian hingga 200 ribu rupiah dari pengolahan limbah kayu.

Edo memulai usaha rumahan ini sejak tahun 2020, setelah lulus dari SMA. Awalnya, ia banyak membantu ayahnya dalam membuat atau memperbaiki gagang cangkul dan golok pesanan tetangga. Dari situ, ia mulai menekuni seni ukir dan bahkan berani meniru pola ukiran senjata khas nusantara yang dilihatnya di media sosial. Pada tahun 2021, Edo mulai memasarkan karyanya melalui kanal YouTube dan penjualan daring, yang kini melayani banyak pesanan dari luar Lampung.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Menurut Edo, usaha kerajinan sederhana seperti yang ia jalankan dapat dimulai dengan modal seadanya. Ia memulai usaha kecil ini dengan modal 600 ribu rupiah untuk membeli peralatan seperti gerinda, bor, kikir, dan pisau ukir. Bahan baku untuk produknya diperoleh dengan cara menjelajahi lingkungan sekitarnya untuk menemukan limbah kayu yang tidak terpakai seperti kayu tanduk atau kayu kopi tua.

Meskipun usahanya masih dalam skala kecil, penjualan daringnya terus berkembang. Edo berencana untuk mengembangkan usahanya dengan mendirikan bengkel kerja yang lebih memadai dan mencari rekan kerja yang sesuai. Saat ini, produksi dilakukan di halaman rumah orang tuanya yang sempit dan tidak bisa digunakan saat musim hujan karena terkena genangan air hujan.

Mengubah Limbah Kayu menjadi Senjata Tajam

Selain fokus pada seni ukir logam dan kayu, Edo sedang belajar untuk mengembangkan keterampilannya dalam membuat meja dari tunggul kayu yang banyak ditemukan di kebun warga sekitar wilayah Pagar Dewa. Wilayah ini dikelilingi oleh hutan lindung, di mana masih banyak tersisa tunggul kayu besar dari masa lalu. Dengan sentuhan tangan yang tepat, tunggul kayu ini bisa diubah menjadi set meja kursi dengan aplikasi resin, yang dapat dibanderol dengan harga belasan juta rupiah.

Namun, untuk mencapai target harga jual yang tinggi ini, Edo membutuhkan bimbingan dan pelatihan lebih lanjut. Selain itu, ia juga membutuhkan bantuan modal agar usahanya bisa berkembang sejajar dengan pengrajin di kota-kota besar.

Pemangku Talang Atas di Pekon Margajaya pernah menjadi tempat yang terisolasi dan sulit diakses. Warga di sini sering mengalami kesulitan untuk mencapai pasar, yang terletak beberapa jam perjalanan kaki dari pemukiman mereka. Meskipun demikian, ide-ide kreatif seperti yang dimiliki Edo terus bermunculan di Pemangku ini.

Jika mendapat perhatian serius dari pemangku kebijakan, usaha mikro dan kecil seperti milik Edo memiliki potensi besar untuk membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian warga setempat. Semoga kisah sukses Edo Fanzela menjadi inspirasi bagi masyarakat Pemangku Talang Atas dan di seluruh Indonesia untuk terus berkreasi dan berkembang dalam menghadapi tantangan hidup.

Reporter : Pascal

Editor : TH

×
Berita Terbaru Update