Pasien Cuci Darah di Aceh Naik 10 % Pertahun

Ilustrasi/Google
Aceh, Bernus.co - Guru Besar Bidang Kedokteran Unsyiah, Prof Dr dr Maimun Syukri SpPD-KGH FINASIM mengungkapkan, saat ini jumlah masyarakat Aceh yang menderita gagal ginjal atau hemodialisis diperkirakan mendekati seribuan orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2016 sebanyak 680 penderita.

Hal tersebut dikatakannya kepada Serambi seusai melakukan pertemuan dengan Wakil Ketua I DPRA, Sulaiman Abda, Sabtu (2/6), di Fakultas Kedokteran Unsyiah, Darussalam. Maimun Syukri menyebutkan per tahunnya jumlah penderita gagal ginjal meningkat 10 persen.

Dia menyebutkan, di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh saja, dari 48 unit mesin cuci darah yang dimilikinya, berdasarkan catatannya setiap hari minimal melayani 80 pasien.

“Ini angka yang sangat mengejutkan. Dan jika ada mesin pencuci darah yang rusak, maka akan terjadi antrean panjang,” tutur Maimun.

Tingginya angka pasien cuci darah di RSUZA, katanya, karena belum semua rumah sakit daerah di Aceh memiliki layanan cuci darah. Dari 23 kabupaten/kota, ada beberapa daerah yang rumah sakit umumnya belum miliki layanan cuci darah. Diantaranya Sabang, Subulussalam, Pijay dan sejumlah RSUD lainnya.

Di Banda Aceh, kata Maimun Syukri, rumah sakit yang miliki layanan cuci darah selain RSUZA, ada di beberapa tempat yaitu Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati (RSPUR), klinik swasta Nadhira Dialysis Center. Di RSU Meuraxa layanan cuci darah pernah ada, tapi sejak dokter penanggungjawab layanan cuci darahnya melanjutkan studi, layanan cuci darah terhenti.

Prof Maimun Syukri memaparkan, di Aceh jumlah penderita gagal ginjal terbanyak di Pidie. Di Pidie, jumlah pasien gagal ginjal mencapai 119 orang. Aceh Utara menempati urutan kedua jumlah penderita gagal ginjal, mencapai 111 pasien. Kemudian disusul Kota Langsa yang jumlah pasien gagal ginjalnya mencapai 78 orang. “Di wilayah barat Aceh jumlah pasien gagal ginjal sebanyak 50 orang dan wilayah tengah sekitar 42 orang,” paparnya.

Hemodialisis, kata Maimun, sudah masuk dalam kategori penyakit yang menduduki kematian tinggi. Karena, jika pasiennya tidak disiplin mengatur pola makan, cuci darah dan mengecek kesehatannya, penderita bisa meninggal mendadak.

Guru Besar Bidang Kedokteran Unsyiah, Prof Dr dr Maimun Syukri SpPD-KGH FINASIM, menambahkan, banyak faktor menyebabkan seseorang menderita gagal ginjal. Namun faktor terbesar disebabkan penyakit diabetik atau diabet yang mencapai 52 persen.

Faktor terbesar kedua adalah hipertensi atau darah tinggi yang dukungannya mencapai 24 persen. Berikutnya disebabkan kelainan bawaan sebesar 6 persen, asam urat dan penyakit lupus masing-masing satu persen.

Tingginya angka penderita diabetes di Aceh, menurut Maimun Syukri, disebabkan pola makan yang tidak teratur dan tidak disiplin. Budaya di Aceh banyak kenduri juga menjadi pendorong tingginya penderita diabetes.

“Kegemaran makan daging di kalangan orang Aceh juga termasuk faktor pendukung mudah terkena diabet. Belum lagi menu makananya banyak gunakan santan kelapa, manis, pedas dan lemak, kurang makan sayur mayur dan buah,” pungkasnya.(*)

Posting Komentar

0 Komentar