Survey Kompas Tunjukkan Jokowi "Game Over" ?

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai hasil survei Litbang Kompas turut mengkonfirmasi survei internal BPN yang menunjukkan elektabilitas capres petahana Joko Widodo (Jokowi) sudah di bawah 50 persen. BPN menganggap Jokowi tidak mungkin menang.

"Tapi Litbang Kompas memastikan Jokowi decline dan sudah di bawah 50 (persen). Kalau di bawah 50 (persen) udah nggak mungkin menang ya. Karena gini, ini tren berarti Pak Jokowi sudah tren turun terus, Pak Prabowo naik terus," kata juru bicara BPN Andre Rosiade di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).

Menurut Andre, survei Kompas memberi sinyal bahwa Prabowo akan menang pada Pilpres 2019 nanti. Andre menilai Jokowi sudah 'game over'.

"Yang ketiga ini perlu tahu, Kompas sebagai grup besar sudah berikan sinyal kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa 17 April besok presiden Indonesia akan diganti dari Jokowi ke Prabowo Subinato. Intinya apa? Litbang Kompas memberikan pemberitahuan bahwa Pak Jokowi game over," ujar Andre.

Berdasarkan survei Litbang Kompas, Prabowo unggul di kalangan pemilih pemula (gen Z) dan pemilih intelektual. Andre menyebut pemilih dengan akal sehat dan rasional. Ia pun meminta para relawan untuk terus menggencarkan kampanye door to door.

"Caranya kami untuk meyakinkan pemilih Prabowo itu bahwa kami sudah meyakinkan seluruh pendukung Prabowo, mulai relawan pendukung lalu seluruh kader partai itu mulai sekarang lebih rajin turun ke dapil, temui masyarakat, door to door datang ke rumah masyarakat. Ajak masyarakat untuk memilih Prabowo," tutur Ande.

"Caranya gimana? Kita sampaikan pesan-pesan positif tentang Prabowo-Sandi. Soal pertumbuhan ekonomi, soal bagaimana Prabowo-Sandi hadir untuk membuka lapangan kerja dan memastikan harga-harga kebutuhan bahan pokok terjangkau, termasuk kasus Novel selesai 100 hari," imbuhnya.

Sebelumnya, Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru tentang elektabilitas pasangan capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2019, sebulan sebelum hari pencoblosan. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.

Survei digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Elektabilitas kedua calon presiden, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, terpaut 11,8 persen dalam survei Litbang Kompas. Masing-masing timses memberikan pandangan soal selisih tersebut.

Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo, Suhud Alynudin, merespons positif selisih jarak tersebut. BPN menyebut peluang Prabowo memenangi Pilpres 2019 ada di depan mata. Menurut Suhud, hasil survei Litbang Kompas mirip dengan survei internal BPN. Dia mengatakan, dalam survei internal BPN, elektabilitas Jokowi di bawah 50 persen.

"Hasil itu menambah keyakinan kami bahwa peluang kami menang sudah di depan mata, insyaallah," kata Suhud kepada wartawan, Rabu (20/3).

Dalam survei yang dirilis Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi sebesar 49,2 persen dan Prabowo 37,4 persen. Jika dibandingkan dengan survei Litbang Kompas yang dipublikasikan pada Oktober 2018, selisih keduanya saat itu di angka 14,7 persen.

Hasil ini sekaligus menunjukkan elektabilitas Jokowi turun 3,4 persen dan Prabowo naik 4,7 persen. Meski elektabilitas Jokowi turun, Tim Kampanye Nasional (TKN) meyakini capres usungannya menang pada pilpres.

"Hasil survei Litbang Kompas memang yang menunjukkan selisih antara 01 dan 02 yang paling tipis. SMRC akhir pekan lalu menunjukkan selisih yang sangat besar, sekitar 25 persen. Namun selisih sekitar 13 persen dengan margin of error sekitar 3 persen merupakan selisih yang sangat sulit dikejar Pak Prabowo. Kami sangat optimistis menang, tinggal menentukan seberapa tebal kemenangan kami," kata Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni, kepada wartawan, Rabu (20/3).

Beda dengan TKN, Waketum Gerindra Fadli Zon menyebut selisih Jokowi-Prabowo yang menipis di Litbang Kompas menunjukkan kecintaan rakyat terhadap Prabowo-Sandi semakin besar. Fadli menambahkan Indonesia butuh pemimpin baru.

"Ini yang menurut saya membuat masyarakat tentu harus mencari nakhoda baru. Kecuali kalau ekonomi kita berhasil dengan baik, pertumbuhan kita baik, lapangan pekerjaan mudah, tapi kenyataannya kan tidak demikian," ujar Fadli di gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/3).

Anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Ridlwan Habib, memiliki penilaian tersendiri soal survei Litbang Kompas. Ridwan turut menyinggung ekstrapolasi elektabilitas Jokowi.

"Hasil survei Litbang Kompas 20 Maret 2019 sangat baik. Ekstrapolasi elektabilitas Jokowi-Amin pada angka 56,8 persen," kata Ridlwan kepada wartawan, Rabu (20/3).

Menurut Ridlwan, tak banyak lembaga survei yang buka-bukaan soal ekstrapolasi elektabilitas capres-cawapres. Ridlwan menyebut, jika menggunakan simulasi ekstrapolasi elektabilitas, Jokowi-Ma'ruf tetap unggul. Ridlwan mengatakan perolehan 56,8 persen lebih besar daripada raupan suara Jokowi pada Pilpres 2014.

Posting Komentar

0 Komentar