Rusnawati, salah seorang petani di daerah tersebut, mengungkapkan, "Kami tidak punya pilihan selain menggunakan rakit ini, meskipun kita sadar akan risikonya. Semoga ada solusi dari pemerintah untuk membangun jembatan yang kokoh agar kami dapat mengelola hasil panen dengan lebih efisien."
Tidak hanya menghadapi masalah aksesibilitas, petani di Rawa Kalong juga dihadapkan pada infrastruktur yang minim. Hanya separuh dari lahan persawahan yang tersedia yang memiliki saluran irigasi, sementara sisanya mengandalkan irigasi manual yang memakan waktu dan tenaga.
Suranto, yang juga merupakan seorang petani, berharap agar pemerintah segera memberikan perhatian serius terhadap kondisi infrastruktur ini. "Kami membutuhkan bantuan untuk meningkatkan efisiensi pengairan agar hasil panen tidak terganggu," ujarnya.
Wilayah ini dikenal sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Lampung Barat, dengan lebih dari 500 hektar lahan pertanian yang menghasilkan sekitar 5000 ton gabah kering setiap tahunnya. Meskipun demikian, tantangan infrastruktur dan transportasi menjadi penghambat utama dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani di daerah tersebut.
Para petani dan warga Pekon Srimulyo menanti upaya nyata dari pemerintah untuk mendukung pengembangan infrastruktur yang lebih baik, yang diharapkan akan membawa perubahan signifikan dalam kondisi mereka. (Eki)